JAKARTA, KOMPAS.com - Begitu ikrar nikah dikumandangkan, masing-masing pasangan masuk dalam lingkaran perkawinan. Perkawinan menuntut kemampuan adaptasi, penyesuaian antarpasangan oleh karena perbedaan latar belakang keluarga, pendidikan, dan kebiasaan adat istiadat.
Pasangan menghadapi tantangan kehidupan nyata yang menuntut tingkat kematangan kepribadian tertentu untuk mampu melewatinya dengan mulus. Banyak perbedaan yang tidak terelakkan dapat menjadi sumber konflik dalam perkawinan.
Pasangan perkawinan adalah dua orang dan secara esensial berbeda. Mereka tidak akan pernah memiliki perspektif yang sama. Pengalaman mereka berbeda, kebutuhan mereka berbeda, dan nilai-nilai yang dianut pun akan memberikan pengaruh sudut pandang masing-masing dalam menghadapi permasalahan seperti pada ilustrasi berikut.
”Kami tidak bisa berkomunikasi, ia selalu secara keras menolak usul saya dan ia tidak pernah mau mendengar apa yang saya sampaikan. Ia berpendapat bahwa saya berada pada tempat yang berbeda. Setiap pembicaraan kami berakhir dengan pertengkaran.”
Respons salah satu pasangan tentang pasangannya membuat tidak diperolehnya toleransi dari keduanya. Kebanyakan orang berpikir bahwa permasalahan yang dihadapinya dalam perkawinan lebih disebabkan oleh kesalahan pasangannya.
”Bila saya mengeluhkan kesedihan dan permasalahan padanya, saya merasa bahwa sayalah yang terluka. Ia selalu mengatakan bahwa kalau saya ingin mengatasi masalah, saya harus mulai dari diri saya sendiri. Ia selalu mengatakan bahwa kelakuannya tidak terkait dengan kesedihan yang saya rasakan.”
Pandangan lain tentang masalah yang dihadapi sering terdapat pada pasangan perkawinan. Hal ini tidak akan terjadi bila pasangan tidak dipengaruhi oleh kesan pertama seperti ini:
”Karena suami saya pernah mendapatkan pertolongan dari seorang psikiater, saya berpendapat bahwa setiap permasalahan yang terjadi di antara kami disebabkan oleh dirinya. Padahal, permasalahan yang ia hadapi pada masa lalu disebabkan oleh perlakuan orangtuanya. Sedangkan cara pandang saya terhadap masalah juga dipengaruhi oleh sikap orangtua terhadap saya pada masa lalu dan yang pasti orangtua saya berbeda dengan orangtuanya.”
Selain pasangan harus mampu menerima perbedaan esensial dari diri masing-masing dan berupaya untuk mencari titik temu yang dapat disepakati secara bersama, kiranya penyesuaian antarpasangan akan semakin optimal bila mengacu pada empat pilar utama dalam perkawinan.
Pilar pertama
Cinta kasih tulus dan rasa hormat antarpasangan:
Atas dasar pilar ini, maka dinamika interrelasi antarpasangan menjadi nyaman bagi keduanya. Ada kesediaan untuk saling mendengar secara aktif pada apa yang disampaikan oleh pasangan. Masing-masing pasangan menghargai pendapat pasangan sehingga terjadi diskusi yang menarik dalam upaya mencari solusi masalah.
Masing-masing pasangan menghargai toleransi serta membuka pintu maaf yang cukup. Bila satu masalah telah ditemukan solusinya, kalaupun ada kesalahan salah satu pasangan, pasangan yang lain tidak mengungkit-ungkit kesalahan tersebut.
Masing-masing pasangan seyogianya tidak merasa enggan menghargai pasangan yang telah memperlakukannya dengan manis. Perhatian pasangan akan kesukaan, kesenangan, dan minat pasangan akan meningkatkan respek pasangan terhadap suami/istrinya. Dengan dasar kasih, maka seyogianya kedua pasangan belajar mendengar apa yang disampaikan suami/istri. Dengan begitu, maka tingkat kepekaan perasaan pasangan terhadap perasaan pasangannya akan meningkat. Pasangan akan merasa lebih dipahami.
Pilar kedua
Keterbukaan berdasar kesepakatan yang dibicarakan pada saat awal pernikahan dalam pengelolaan penghasilan keluarga.
Kesepakatan dalam pengelolaan keuangan akan menghindarkan saling curiga antarpasangan. Perkawinan dual-career saat ini memang menjadi hal yang biasa. Suami-istri memiliki karier masing-masing, namun dengan pilar kedua ini, suami seyogianya tetap mengambil peran dominan dalam menafkahi keluarga.
Kalaupun ada kontribusi penghasilan pihak istri, hal itu tetap dalam koridor sebagai pendukung. Andaikan terjadi kondisi tidak terelakkan, suami kena PHK, sakit, yang memaksa istri mengambil alih peran suami dalam mencari nafkah, maka pilar pertama hendaknya dikembangkan sehingga tercipta relasi tulus dalam bekerja sama menjaga keutuhan perkawinan.
Pilar ketiga
Penyesuaian dalam kehidupan seksual dengan upaya untuk memperoleh kondisi ”well-being” (kenyamanan psikoseksual) antarpasangan sangat didukung oleh respek antarpasangan oleh karena komunikasi yang nyaman, jalinan kasih, dan ketertarikan seksual antarpasangan yang terjaga.
Pilar keempat
Kebersamaan dalam aktivitas spiritual, seperti pergi ke gereja bersama, shalat bersama, berdoa bersama, mengaji bersama, dan menghadiri perayaan keagamaan bersama di keluarga besar masing-masing pasangan dengan hati ringan dan gembira akan mempererat tali silaturahim antarkeluarga besar, dan akan mengimbas pada peningkatan rasa kasih antarpasangan pula.
Setelah menyimak uraian di atas, kita semua dapat mengevaluasi kehidupan perkawinan kita, pada pilar manakah kiranya perkawinan kita belum berpijak. Satu hal yang perlu kita simak adalah bahwa meja dengan kaki empat akan lebih kokoh berdiri daripada meja berkaki tiga, apalagi bila hanya berkaki dua. Jadi, perkawinan dengan disangga oleh empat pilar pun diharapkan dapat kokoh terjaga sampai kaken-ninen.
Sawitri Supardi Sadarjoen psikolog
Pasangan menghadapi tantangan kehidupan nyata yang menuntut tingkat kematangan kepribadian tertentu untuk mampu melewatinya dengan mulus. Banyak perbedaan yang tidak terelakkan dapat menjadi sumber konflik dalam perkawinan.
Pasangan perkawinan adalah dua orang dan secara esensial berbeda. Mereka tidak akan pernah memiliki perspektif yang sama. Pengalaman mereka berbeda, kebutuhan mereka berbeda, dan nilai-nilai yang dianut pun akan memberikan pengaruh sudut pandang masing-masing dalam menghadapi permasalahan seperti pada ilustrasi berikut.
”Kami tidak bisa berkomunikasi, ia selalu secara keras menolak usul saya dan ia tidak pernah mau mendengar apa yang saya sampaikan. Ia berpendapat bahwa saya berada pada tempat yang berbeda. Setiap pembicaraan kami berakhir dengan pertengkaran.”
Respons salah satu pasangan tentang pasangannya membuat tidak diperolehnya toleransi dari keduanya. Kebanyakan orang berpikir bahwa permasalahan yang dihadapinya dalam perkawinan lebih disebabkan oleh kesalahan pasangannya.
”Bila saya mengeluhkan kesedihan dan permasalahan padanya, saya merasa bahwa sayalah yang terluka. Ia selalu mengatakan bahwa kalau saya ingin mengatasi masalah, saya harus mulai dari diri saya sendiri. Ia selalu mengatakan bahwa kelakuannya tidak terkait dengan kesedihan yang saya rasakan.”
Pandangan lain tentang masalah yang dihadapi sering terdapat pada pasangan perkawinan. Hal ini tidak akan terjadi bila pasangan tidak dipengaruhi oleh kesan pertama seperti ini:
”Karena suami saya pernah mendapatkan pertolongan dari seorang psikiater, saya berpendapat bahwa setiap permasalahan yang terjadi di antara kami disebabkan oleh dirinya. Padahal, permasalahan yang ia hadapi pada masa lalu disebabkan oleh perlakuan orangtuanya. Sedangkan cara pandang saya terhadap masalah juga dipengaruhi oleh sikap orangtua terhadap saya pada masa lalu dan yang pasti orangtua saya berbeda dengan orangtuanya.”
Selain pasangan harus mampu menerima perbedaan esensial dari diri masing-masing dan berupaya untuk mencari titik temu yang dapat disepakati secara bersama, kiranya penyesuaian antarpasangan akan semakin optimal bila mengacu pada empat pilar utama dalam perkawinan.
Pilar pertama
Cinta kasih tulus dan rasa hormat antarpasangan:
Atas dasar pilar ini, maka dinamika interrelasi antarpasangan menjadi nyaman bagi keduanya. Ada kesediaan untuk saling mendengar secara aktif pada apa yang disampaikan oleh pasangan. Masing-masing pasangan menghargai pendapat pasangan sehingga terjadi diskusi yang menarik dalam upaya mencari solusi masalah.
Masing-masing pasangan menghargai toleransi serta membuka pintu maaf yang cukup. Bila satu masalah telah ditemukan solusinya, kalaupun ada kesalahan salah satu pasangan, pasangan yang lain tidak mengungkit-ungkit kesalahan tersebut.
Masing-masing pasangan seyogianya tidak merasa enggan menghargai pasangan yang telah memperlakukannya dengan manis. Perhatian pasangan akan kesukaan, kesenangan, dan minat pasangan akan meningkatkan respek pasangan terhadap suami/istrinya. Dengan dasar kasih, maka seyogianya kedua pasangan belajar mendengar apa yang disampaikan suami/istri. Dengan begitu, maka tingkat kepekaan perasaan pasangan terhadap perasaan pasangannya akan meningkat. Pasangan akan merasa lebih dipahami.
Pilar kedua
Keterbukaan berdasar kesepakatan yang dibicarakan pada saat awal pernikahan dalam pengelolaan penghasilan keluarga.
Kesepakatan dalam pengelolaan keuangan akan menghindarkan saling curiga antarpasangan. Perkawinan dual-career saat ini memang menjadi hal yang biasa. Suami-istri memiliki karier masing-masing, namun dengan pilar kedua ini, suami seyogianya tetap mengambil peran dominan dalam menafkahi keluarga.
Kalaupun ada kontribusi penghasilan pihak istri, hal itu tetap dalam koridor sebagai pendukung. Andaikan terjadi kondisi tidak terelakkan, suami kena PHK, sakit, yang memaksa istri mengambil alih peran suami dalam mencari nafkah, maka pilar pertama hendaknya dikembangkan sehingga tercipta relasi tulus dalam bekerja sama menjaga keutuhan perkawinan.
Pilar ketiga
Penyesuaian dalam kehidupan seksual dengan upaya untuk memperoleh kondisi ”well-being” (kenyamanan psikoseksual) antarpasangan sangat didukung oleh respek antarpasangan oleh karena komunikasi yang nyaman, jalinan kasih, dan ketertarikan seksual antarpasangan yang terjaga.
Pilar keempat
Kebersamaan dalam aktivitas spiritual, seperti pergi ke gereja bersama, shalat bersama, berdoa bersama, mengaji bersama, dan menghadiri perayaan keagamaan bersama di keluarga besar masing-masing pasangan dengan hati ringan dan gembira akan mempererat tali silaturahim antarkeluarga besar, dan akan mengimbas pada peningkatan rasa kasih antarpasangan pula.
Setelah menyimak uraian di atas, kita semua dapat mengevaluasi kehidupan perkawinan kita, pada pilar manakah kiranya perkawinan kita belum berpijak. Satu hal yang perlu kita simak adalah bahwa meja dengan kaki empat akan lebih kokoh berdiri daripada meja berkaki tiga, apalagi bila hanya berkaki dua. Jadi, perkawinan dengan disangga oleh empat pilar pun diharapkan dapat kokoh terjaga sampai kaken-ninen.
Sawitri Supardi Sadarjoen psikolog
Editor: acandra
Sumber : Kompas Cetak
10 Jurus agar Perkawinan Tetap Solid
JAKARTA, KOMPAS.com - Anda yang punya mobil pasti tahu bahwa mesin membutuhkan perawatan serius supaya tetap berfungsi baik dan awet.
Apalagi isteri atau pasangan hidup yang punya emosi, jiwa, dan badan; mestinya membutuhkan ‘perawatan’ lebih serius dan intensif dibanding mobil.
Berikut ini beberapa langkah yang dapat diusahakan agar perkawinan tetap solid:
1. Ciptakan kesempatan. Jika tidak menjadwalkannya, mungkin Anda tak akan pernah memiliki waktu berduaan. Sediakan waktu setiap hari barang 20 menit.
2. Berikan kejutan. Supaya kehidupan perkawinan tidak monoton, Anda perlu kreatif. Cobalah membuat kejutan-kejutan menyenangkan dan romantis.
3. Bermain bersama. Pasangan yang memiliki minat dan hobi sama, mendapatkan keuntungan berjangka panjang bagi perkawinannya. Mengapa tidak melakukan bersama-sama?
4. Nyalakan suasana. Ngobrol dan tertawa bersama-sama pasangan itu penting, karena membuat Anda merasa nyaman dan dekat satu sama lain. Lakukan sesering mungkin.
5. Dengarkan dia. Jika pasangan Anda marah karena dia merasa tidak dihiraukan saat bicara, boleh jadi itu benar. Maka hentikan kesibukan Anda dan dengarkan sampai Anda paham apa yang ingin dia ungkapkan.
6. Fokuskan perasaan. Pertengkaran biasanya dimulai dengan serangan macam, “Kamu ngawur!” atau, “Kamu selalu telat!” Mengapa tidak bilang, “Saya gelisah karena tidak tahu kamu di mana. Kalau kamu memberi tahu posisimu, itu sangat membantu dan saya jadi tahu ke mana menghubungimu.”
7. Ubah diri sendiri lebih dulu. Anda harus bisa mengontrol sikap dan perilaku Anda sendiri daripada mengawasi kesalahan yang dilakukan pasangan. Biasanya kalau satu berubah maka yang lain akan mengikuti.
8. Mulai dari yang kecil. Kalau Anda setiap hari bisa mengurangi satu perbuatan yang memperburuk hubungan, berarti Anda melakukan hal yang besar.
9. Hentikan saling menyerang. Satu kali berlidah tajam, bisa menghapus 20 kali kebaikan yang pernah Anda lakukan. Maka hentikan saling menyerang.
10. Hentikan saling menyalahkan. Ingat bahwa dengan menudingkan satu jari ke arah pasangan Anda, sebetulnya Anda minimal tengah menudingkan tiga jari ke arah diri sendiri. Bagaimana pun Anda sama-sama memiliki andil dan tanggungjawab. @
Editor: acandraApalagi isteri atau pasangan hidup yang punya emosi, jiwa, dan badan; mestinya membutuhkan ‘perawatan’ lebih serius dan intensif dibanding mobil.
Berikut ini beberapa langkah yang dapat diusahakan agar perkawinan tetap solid:
1. Ciptakan kesempatan. Jika tidak menjadwalkannya, mungkin Anda tak akan pernah memiliki waktu berduaan. Sediakan waktu setiap hari barang 20 menit.
2. Berikan kejutan. Supaya kehidupan perkawinan tidak monoton, Anda perlu kreatif. Cobalah membuat kejutan-kejutan menyenangkan dan romantis.
3. Bermain bersama. Pasangan yang memiliki minat dan hobi sama, mendapatkan keuntungan berjangka panjang bagi perkawinannya. Mengapa tidak melakukan bersama-sama?
4. Nyalakan suasana. Ngobrol dan tertawa bersama-sama pasangan itu penting, karena membuat Anda merasa nyaman dan dekat satu sama lain. Lakukan sesering mungkin.
5. Dengarkan dia. Jika pasangan Anda marah karena dia merasa tidak dihiraukan saat bicara, boleh jadi itu benar. Maka hentikan kesibukan Anda dan dengarkan sampai Anda paham apa yang ingin dia ungkapkan.
6. Fokuskan perasaan. Pertengkaran biasanya dimulai dengan serangan macam, “Kamu ngawur!” atau, “Kamu selalu telat!” Mengapa tidak bilang, “Saya gelisah karena tidak tahu kamu di mana. Kalau kamu memberi tahu posisimu, itu sangat membantu dan saya jadi tahu ke mana menghubungimu.”
7. Ubah diri sendiri lebih dulu. Anda harus bisa mengontrol sikap dan perilaku Anda sendiri daripada mengawasi kesalahan yang dilakukan pasangan. Biasanya kalau satu berubah maka yang lain akan mengikuti.
8. Mulai dari yang kecil. Kalau Anda setiap hari bisa mengurangi satu perbuatan yang memperburuk hubungan, berarti Anda melakukan hal yang besar.
9. Hentikan saling menyerang. Satu kali berlidah tajam, bisa menghapus 20 kali kebaikan yang pernah Anda lakukan. Maka hentikan saling menyerang.
10. Hentikan saling menyalahkan. Ingat bahwa dengan menudingkan satu jari ke arah pasangan Anda, sebetulnya Anda minimal tengah menudingkan tiga jari ke arah diri sendiri. Bagaimana pun Anda sama-sama memiliki andil dan tanggungjawab. @
***Perkawinan dan Perceraian
Perkawinan adalah sesuatu yang sangat sakral dan banyak orang yang sudah melakukan perkawinan berharap perkawian itu hanya dilakukakan satu kali seumur hidup.Tapi banyak juga waktu perkawinan sangat ramai dan hiburan sangat mewah,eh baru 2 bulan cerai dan banyak artis-artis kita cerai dengan alasan bukan dari keuangan karena mereka berlimpah harta tapi masalah dari ketidak harmonisan berumah tangga.Banyak juga yang bercerai dari masalah keuangan kalau mereka tidak sabar menerimanya akan berujung perceraian.Dan banyak lagi hal-hal yang ditakutkan setelah perkawianan.
Dibawah ini adalah hal-hal yang harus dijaga supaya perkawinan kita tetap solid dan dapat bertahan sampai ajal menjemput kita berdua :
1.Setelah perkawinan janganlah kita mengingat masa waktu kita masih lajang karena itu akan mengganggu perkawinan kita.Lupakan masa lalu dan mulailah masa yang baru yaitu masa perkawinan dengan pendamping kita
2.Haruslah kita saling memahami segala kekurangan diantara kedua belah pihak supaya perkawianan kita selalu harmonis
3.kalau terjadi pertengkaran haruslah salah satu dingin (mengalah)jangan kedua-duanya dilawan sama api kalu keduanya sudah jadi api maka akan besarlah akibatnya yaitu kebakarn didalam rumah tangga dan penceraian akibatnya
4.Kalau ada permasalahan diantara kita haruslah terbuka dan ungkapkanlah permasalahan kita sebelum kita tidur dengan kata-kata yang santai atau kita waktu santai.tanamkanlah kepercayaan kepada pasangan rumahtangga kita untuk menegeluarkan segala permasalahan kita baik masalh pekerjaan atau masalah lainnya.
5.Apabila diantara kita terjadi pertengkaran janganlah diungkapkan atau orang lain tahu bahwa rumah tangga kita lagi berantem apalagi kalau kita menagdu pada teman lawan jenis kita,itu sangat berbahaya dan biasanya teman lawan jenis kita seprti mau membantu tapi permasalhan kita akan semakin besar,cukuplah permasalahan kita berdua yang tahu
6.Setelah kita melakukan perkawinan,hanyalah pasangan kita yang harus kita turuti dan yang lain termasuk orang tua jadikanlah yang kedua,tapi dengan catatan dalam jalan kebaikan dalam berumah tangga.jangalah setelah kita melakukan perkawinan masih menuruti dan tergantung pada ucapan orang tua kita.karena kita sudah dialam yang beda yaitu alam perkawinan bukan alam lajang,
7.Tutupilah segala kekurang diantara kita berdua janganlah kekuarngan pasangan kita,kita beritahukan sama orang lain karena itu akan menjadi awal ketidak harmonisan didalam berumah tangga
8.Jadikanlah Rumahtangga kita Baiti Jannati rumahtangga yang mawadah warohmah,penuh dengan Ridho Allah
Bahagia,sedih,suka,duka,punya uang tidak punya uang,kekisruhan dan kesenangan dirumah tangga kita cukuplah kita yang tahu.
Kalau kita berpegang pada 7 hal diatas Insyaallah perkawinan kita akan kekal sampai akhir hayat.Amien3x
Artikel Bagus.....bisa jadi panduan keluarga yang mendambakan hidup rumun dan makin romatis..lamkenal yaa dari blogger cikarang kab bekasi...myharmonis.
ReplyDeleteArtikelnya mantap-mantap dan memandu.....bisa jadi panduan keluarga yang mendambakan hidup rumun dan makin romatis..lamkenal yaa dari blogger cikarang kab bekasi...myharmonis
ReplyDeleteMakasih atas Kunjungannya di Blog ikitasya.salam kenal juga yach n maaf baru di balas tuk MYharmonis.blog.
ReplyDeletewassalam